Kamis, 09 Februari 2012

#Ayah (1)


Tersadar di tengah malam ini (dinihari), bertemu dengannya yang selalu kurindu, sosok yang tak pernah hilang dari hati ini walau dia telah lama pergi. Seakan-akan dirinya masihlah hidup hingga kini: candanya, senyumnya, petuahnya, ilmunya, dan sebagainya. Dia selalu hadir ketika problema demi problema mendera diri. Ketika deraan demi deraan tak kunjung usai, dia hadir laksana Jibril menyampaikan wahyu kepada Para Anbiya. Di alam bawah sadar, disampaikannya pesan-pesan.

Walau telah begitu banyak sosok yang menjadi inspirasi, tapi dialah sosok yang tak pernah gentar hadapi hidup, tegakkan Haq walau dunia mencercanya. Kami mengenalnya sebagai pribadi yang tegar, tabah, sabar, pekerja keras, penyayang, berwawasan luas, ilmunya mendalam, Qari' yang bersuara indah. Dia tegas dengan pendirian dan prinsipnya, sosok yang idealis, rasionalis, anti kekerasan, lebih mengutamakan kepentingan orang banyak. Sebagai pribadi yang idealis, hingga akhir hayatnya tak ada satu pihak pun yang bisa menggoyahkan pendirian dan prinsip hidupnya.

Ayah adalah sosok yang Rasionalis, sehingga seorang anaknya dinamai dengan nama Ulama Ahlul Ra'yi (rasionalis), yaitu Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi). Ayah yang juga Qari' (dan Ahli beberapa Ilmu Keislaman) itu menamai anaknya yang lain (adikku) dengan nama Qari' terkenal Era '80-an: Chumaidi (Khumaidi).

Ayah yang Anti Kekerasan itu tak pernah memukul (mempelasah) anak-anaknya. Ketika lagi panas-panasnya Konflik Etnis di Negeri kami, katanya, "Rajin-rajinlah kalian Sembahyang, cukuplah jaga Rumah dan Kampong kita saja, tak perlu bawa senjata ke mana-mana."

Suatu ketika di masa sebelum itu (sebelum terjadi Konflik Etnis di Negeri kami), ada sekelompok orang bersenjata tajam (ratusan orang jumlahnya) mendatangi Rumah kami dengan maksud mencari seorang kerabat kami yang katanya berkelahi dengan kerabat mereka. Tanpa gentar sedikitpun, Ayah menghadapi mereka. Perwakilan mereka dipersilakan masuk ke Rumah (masih dengan membawa senjata), sedangkan Ayah tak memegang Senjata. Ketika masuk ke Rumah, perwakilan mereka itu masih dengan wajah beringasnya. Dengan penuh wibawa dan tiada takut apa-apa, Ayah berkata, "Jika kalian datang dengan i'tikad baik, letakkanlah senjata yang kalian bawa itu!" Mendapat sambutan Ayah yang begitu berwibawa dan tiada takut itu, serta merta mereka meletakkan senjata. Sehingga setelah itu barulah bisa terjadi pembicaraan dan penyelesaian secara damai. Di lain waktu Ayah berkata, "Orang yang membawa senjata ke mana-mana itu adalah orang yang pengecut." Rumusnya Ayah yaitu "Kalah gap menang gap." (gap = gertakan).

Ayah punya cara efektif dalam hal mendidik kami, yaitu melalui Metode Bercerita. Dengan metode ini, ilmu-ilmu darinya bisa kami serap tanpa kendala. Metode Bercerita ini bukan hanya diterapkannya kepada kami, tapi juga diterapkan kepada murid-muridnya yang biasanya datang ke Rumah kami yang damai sentausa.

Melalui Ayah, aku mengetahui nama-nama ilmu keislaman yang digelutinya: Tawhid (Aqidah), Akhlaq, Fiqh, Ushul Fiqh, Al-Quran, Hadits, Bahasa Arab, Tafsir, Ilmu Alat (Nahwu, Sharaf, Mantiq, Bayan, Ma'ani), Tarikhul Islam, Tasawwuf, dan beberapa yang lainnya. Ketika usia SD/SMP, dari koleksi buku Ayah pertama kali aku membaca Kitab "Risalah Tawhid" karya Syaikh Muhammad Abduh, Pembaharu Islam yang berasal dari Mesir. Dari Ayah pula pertama kali kuketahui riwayat Negeri kami (Kesultanan Pontianak), serta beberapa Negeri lainnya di Bumi Borneo dan Andalas. # [Aan - bersambung]


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Tanah Betawi, 14 - 16 Rabiul Awwal 1433 Hijriyah /
7 - 9 HB Februari 2012 Miladiyah

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - -


Tulisan ini sebelumnya merupakan Tweet @hanafimohan dengan HashTag: #Ayah, #Bercerita, #ilmu_keislaman, #koleksi_buku, #Kitab, #Risalah_Tauhid, #Muhammad _Abduh, #Pembaharu_Islam, #Mesir, #Borneo, dan #Andalas.


Sumber Foto: Dokumentasi Keluarga Allahyarham 'Abdusy Syukur Mohan Al-Funtiyani ('Abdusy Syukur bin Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad).

Tulisan ini dimuat di: Laman "Arus Deras" http://hanafimohan.blogspot.com/



0 ulasan:

Posting Komentar