Hikayat Dunia

Kita hanya pengumpul remah-remah | Dari khazanah yang pernah ada | Kita tak lebih hanya penjaga | Dari warisan yang telah terkecai ||

Pontianak Singgah Palembang

Daripada terus berpusing-pusing di atas Negeri Pontianak, yang itu tentu akan menghabiskan bahan bakar, maka lebih baik pesawat singgah dahulu ke bandar udara terdekat. Sesuai pemberitahuan dari awak pesawat, bandar udara terdekat adalah Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Negeri Palembang.

Mudék ke Ulu

Pasangan dari kate “ulu” ielah “mudék”. Kate “mudék” beakar kate dari kate “udék”. Udék bemakne "sungai yang sebelah atas (arah dekat sumber)", "daerah di ulu sungai", juga’ bemakne "kampong halaman (tempat beasal-muasal)".

Soal Nama Negeri Kita

Belakangan ini kiranya ramai yang berpendapat ini dan itu mengenai asal usul dan makna nama "pontianak" kaitannya dengan Negeri Pontianak. Tapi apakah semua yang didedahkan itu betul-betul dipahami oleh masyarakat Pontianak?

Kampong Timbalan Raje Beserta Para Pemukanya [Bagian-3]

Selain banyak menguasai berbagai bidang keilmuan, beliau juga banyak memegang peran dalam kehidupan kemasyarakatan. H.M. Kasim Mohan yang merupakan anak sulong (tertua) dari pasangan Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah ini merupakan seorang Pejuang di masanya.

Musik Motivasi Setahun Silam

“Satu Kursi untuk Seniman”, begitu tagline kampanyenya. Tekadnya untuk memajukan Kalbar lewat industri kreatif tentu patut diapresiasi. Melalui industri kreatif diharapkannya dapat menjadi jembatan menjulangkan budaya yang memayungi Kalimantan Barat.

Sultan Pontianak; Umara' dan 'Ulama

Kegemilangan Negeri Pontianak salah satunya diasbabkan kepemimpinan para Sultan-nya yang arif dan bijaksana. Sultan-Sultan Pontianak selama masa bertahtanya rata-rata memiliki dua peranan, yaitu berperan sebagai umara', sekaligus berperan sebagai 'ulama.

Puisi Buya Hamka untuk Muhammad Natsir

Kepada Saudaraku M. Natsir | Meskipun bersilang keris di leher | Berkilat pedang di hadapan matamu | Namun yang benar kau sebut juga benar ||

Kamis, 25 Februari 2010

(Entry A) Kosakata Bahasa Melayu Pontianak

Bendera Kesultanan Pontianak
Alhamdulillah, selesai juga Entry A Kosakata Bahasa Melayu Pontianak. Awal penyusunan Kosa Kata ini adalah dari Diskusi mengenai Tesaurus Bahasa Melayu Pontianak di Grup FB Pontianak - KalBar. Tentunya telah banyak kontribusi dari teman-teman di Grup FB Pontianak-Kal-Bar yang telah ikut menyumbangkan kosakata ini. Sungguh seru, dan banyak cerita di balik penyusunan Kosakata Bahasa Melayu Pontianak ini. Kami di Grup FB Pontianak-Kal-Bar sungguh bersemangat menyumbangkan Kosakata Bahasa Melayu Pontianak yang kami ketahui. Ternyata, sungguh banyak kosakata dari bahasa ibu dan bahasa daerah kami ini. Mungkin sebelumnya kami tak pernah menyadari hal tersebut.

Mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik demi pelestarian Bahasa Melayu Pontianak. Tak banyak yang kami harapkan, kecuali agar Bahasa Melayu Pontianak yang kaya, indah, dan unik ini bisa memasyarakat lebih luas lagi, bahkan mungkin hingga ke seluruh dunia. Bagi yang mengetahui mengenai Bahasa Melayu Pontianak dipersilakan untuk menyumbangkan ide, gagasan, kritikan, dan juga menyumbangkan kosakata-kosakata Bahasa Melayu Pontianak di kolom komentar pada tulisan ini. Bagi masyarakat Pontianak di mana pun berada dan apapun suku bangsa anda, mudah-mudahan sedikit kosakata yang ada pada postingan ini bisa menjadi semacam memori kolektif kedaerahan kita, dan mungkin juga semacam nostalgia akan Kota Pontianak tercinta. Bagi yang bukan berasal dari Pontianak, mudah-mudahan postingan ini bisa menjadi semacam wawasan baru mengenai keindonesiaan, kebudayaan, dan kebahasaan dalam lingkup Wawasan Nusantara.

Selanjutnya, selamat membaca Entry A Kosakata Bahasa Melayu Pontianak berikut ini. Entry-entry berikutnya akan menyusul kemudian pada postingan-postingan selanjutnya. Bagi yang mungkin agak susah membacanya karena ada karakter-karakter khusus dan pelafalan yang khas dari Bahasa Melayu Pontianak, silakan membaca dahulu bagian keterangan pada bagian akhir dari postingan ini. Tanpa berpanjang lebar, silakan membaca entry di bawah ini. Mudah-mudahan bermanfaat.



~ A ~


1. Aba' = Panggilan terhadap Orang tua laki-laki (orang tua kandung ataupun orang tua tiri). Diadaptasi dari Bahasa Banjar yg juga masih serumpun dengan Bahasa Melayu.

2. Abah = Panggilan terhadap orang tua laki-laki (orang tua kandung ataupun orang tua tiri). Kemungkinan diadaptasi dari Bahasa Arab atau diadaptasi dari panggilan sehari-hari orang-orang Melayu keturunan Arab yg ada di Pontianak dan sekitarnya terhadap orang tua laki-lakinya.

3. Abang = Panggilan terhadap saudara laki-laki yg lebih tua dari kita. Juga merupakan panggilan akrab terhadap siapapun (laki-laki) yg lebih tua dari kita yg memang pantas kita panggil Abang.

4. Abang = Gelar kebangsawanan (ningrat) pd salah satu kesultanan yg ada di Kalimantan Barat.

5. Abi = Panggilan terhadap orang tua laki-laki (orang tua kandung ataupun orang tua tiri). Kemungkinan diadaptasi dari Bahasa Arab atau diadaptasi dari panggilan sehari-hari orang-orang Melayu keturunan Arab yg ada di Pontianak dan sekitarnya terhadap orang tua laki-lakinya.

6. Abu = Panggilan terhadap orang tua laki-laki (orang tua kandung ataupun orang tua tiri). Kemungkinan diadaptasi dari Bahasa Arab atau diadaptasi dari panggilan sehari-hari orang-orang Melayu keturunan Arab yg ada di Pontianak dan sekitarnya terhadap orang tua laki-lakinya.

7. Abu = Bekas pembakaran.

8. Acagh/Acar = Acar, Makanan yg dibuat dari buah-buahan, sayuran, dsb yg diasamkan dgn cuka.

9. Acah = Main-main, Pura-pura, Melakukan gerakan yg menyesatkan lawan sebelum mengadakan serangan yg sebenarnya, Melakukan sesuatu dgn berpura-pura.

10. Acam Mane = Bagaimana, Bertanya, biasa juga pengucapannya disingkat saja (Cammane?).

11. Acap = Banjir, Air Pasang Naik.

12. Acap = Kerap, Sering.

13. Aci = Saripati atau Tepung. Misalkan: Aci Sagu = Saripati Sagu

14. Aci = Menghaluskan dinding yg baru disemen dgn semen yg dicampur air.

15. Aci'/Acik = Berasal dari kata keci' (kecil), yaitu panggilan dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak yang artinya adalah orang yang ciri-ciri tubuhnya lebih kecil di antara saudara-saudaranya, dengan catatan dia bukan anak pertama (Along), bukan anak kedua (Angah), bukan anak ketiga (Ude), bukan anak yang bungsu (Usu/Ucu), dan bukan juga anak tunggal (Unggal). Biasanya disingkat "Ci'/Cik" saja. Misal: Pak Cik, Mak Cik, Bang Cik, Kak Cik, Tok Cik, Nék Cik.

16. Ade = Ada.

17. Adé'/Adék = Adik, panggilan terhadap saudara (laki-laki ataupun perempuan) yang lebih muda dari kita. Juga merupakan panggilan akrab terhadap siapapun (laki-laki ataupun perempuan) yang lebih muda dari kita yang memang pantas kita panggil seperti itu. Biasanya disingkat Dé'/Dék saja.

18. Adoi = Aduh.

19. Ado'/Adok = Aduk.

20. 'Aén = 'Ain, yaitu nama huruf Arab (hijaiyah) yg berada pada urutan ke-18.

21. Aé'/Aék = Air.

22. Aé' Blék/Aék Blék = Air Kaleng.

23. Aé' Botol/Aék Botol = Air Botol.

24. Aé' Es/Aék Es = Air Es

25. Aé' Gas/Aék Gas = Air yang ada gasnya.

26. Aé' Ghoja'/Aék Rojak = Air yang terbuat dari timun (mentimun) dan nenas (nanas). Kadang rasanya agak pedas, karena dicampur cabe.

27. Aé' Ghuja'/Aék Rujak = Air yang terbuat dari timun (mentimun) dan nenas (nanas). Kadang rasanya agak pedas, karena dicampur cabe.

28. Aé' Hangat-hangat Kuku/Aék Hangat-hangat Kuku = Air putih yang hangat, tapi tidak terlalu panas.

29. Aé' Kencing Beghanyot/Aék Kencing Beranyot= Air kopi dan semacamnya yg tak karuan rasanya, karena tidak kental dan cenderung tawar (tidak manis).

30. Aé' Meghéné'/Aék Merénék = Air Mendidih 100 derajat Celcius.

31. Aé' Melega'/Aék Melegak = Air Mendidih 100 derajat Celcius.

32. Aé' Mendidéh/Aék Mendidéh = Air Mendidih 100 derajat Celcius.

33. Aé' Panas/Aék Panas = Air Panas.

34. Aé' Pasang/Aek Pasang = Air pasang naik dari sungai/laut yg rutin terjadi setiap tahunnya di Pulau Kalimantan, terutama di kawasan yg dekat dgn sungai/laut.

35. Aé' Pengambos/Aék Pengambos = Air ramuan untuk menghilangkan panas ketika sedang demam.

36. Aé' Penguségh/Aék Pengusér = Air Pengusir, yaitu Ae' Seghbat ataupun Ae' Sepang yg disajikan pd akhir suatu acara/resepsi dengan maksud agar tamu mengerti bahwa acara atau resepsi tsb sudah berakhir, sehingga mereka (tamu) bisa bersiap-siap utk segera meninggalkan tempat acara/resepsi.

37. Aé' Pipo/Aék Pipo = Soft Drink Khas Pontianak, kemasan botol atau. kantong plastik kecil

38. Aé' Putéh/Aék Putéh = Air Putih.

39. Aé' Sasi/Aék Sasi = Soft Drink Khas Pontianak, kemasan botol atau. kantong plastik kecil.

40. Aé' Seghbat/Aék Serbat = Air Serbat, yaitu air yang diramu dari campuran rempah-rempah, baunya harum, dan rasanya cukup manis. Air ini biasanya disajikan pada akhir suatu acara/resepsi. Masyarakat Pontianak mengenalnya sebagai air pengusir (Aé' Pengusegh).

41. Aé' Seju'/Aék Sejuk = Air Putih yang tidak panas dan tidak pula dingin (Bukan air panas dan bukan pula air es).

42. Aé' Sepang/Aék Sepang = Air Sepang, yaitu air yang diramu dari campuran rempah-rempah, baunya harum, dan rasanya cukup manis. Bahan utamanya adalah Sepang. Air ini biasanya disajikan pada akhir suatu acara/resepsi. Masyarakat Pontianak mengenalnya sebagai air pengusir (Aé' Pengusegh).

43. Aé' Setengah Mati/Aék Setengah Mati = Air Putih yang tidak panas dan tidak pula dingin (Bukan air panas dan bukan pula air es).

44. Aé' Suam-suam Kuku/Aék Suam-suam Kuku = Air putih yang hangat, tapi tidak terlalu panas.

45. Aé' Sughot/Aék Surot = Air surut setelah beberapa jam terjadi pasang naik dari sungai-sungai yang ada di Pulau Kalimantan.

46. Aga'/Agak = Agak (cenderung).

47. Aga'/Agak = Menemui seseorang.

48. Agas = Sejenis nyamuk yang biasanya berada di tanah becek seperti di sawah.

49. Agé'/Agék = Lagi, biasa juga diucapkan secara singkat (ge'/gek).

50. Agha'/Arak = Arak, Minuman Keras.

51. Agha'/Arak = Arak, Berjalan bersama-sama dgn beriring-iringan (biasanya pd rombongan pengantin/mempelai laki-lakii yg menuju ke rumah pengantin/mempelai perempuan ataupun rombongan khataman Alquran yg menuju ke rumah guru mengajinya).

52. Aghab = Arab

53. Aghén = Aghin/Ghain, yaitu nama huruf Arab (hijaiyah) yg berada pada urutan ke-19.

54. Agi'/Agik = Lagi, biasa juga diucapkan secara singkat (ge'/gek).

55. Aghét/Arét = Arit (Senjata tajam khas suku Madura sejenis celurit atau carok).

56. Aghet/Aret = Suatu alat untuk mencari ikan di sungai. Alat ini dimasukkan ke air (sungai), kemudian ditarik menggunakan sampan ataupun sambil berjalan di jalan Gertak yang ada di pinggir sungai.

57. Agi'/Agik = Lagi

58. Ajan = Azan

59. Aka'/Akak = Kakak, panggilan terhadap saudara perempuan yang lebih tua dari kita.

60. Aki = Kakek, Orang tua laki-laki dari orang tua kita, Dato'/Datok.

61. Akogh/Akor = Akur

62. Akoghdion/Akordion = Akordion, yaitu alat musik yg digendong di depan, bilah-bilah nadanya seperti bilah-bilah nada pada piano (menggunakan tuts-tuts nada), sumber suaranya dihasilkan dengan cara memompa (tangan kanan memencet tuts nada, sedangkan tangan kiri memompa anginnya). Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu Melayu (Senandong, Zapin, Dondang, Joget, dan semacamnya).

63. Aku = Saya. Kata "Aku" biasanya diucapkan sebagai kata ganti orang pertama terhadap orang kedua yang sebaya ataupun lebih muda dari kita. Kata ini tak boleh diucapkan di hadapan orang yang lebih tua dari kita, karena bisa dianggap kurang ajar/kurang sopan/kurang beradat.

64. Alama'/Alamak = Ya Ampun, Ucapan spontan karena kaget atau Takjub atau Kecewa

65. Alang = Panggilan dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak terhadap seseorang yang sebelumnya telah terlanjur dipanggil sebagai Usu/Ucu (anak bungsu), tapi tiba-tiba ia punya adik lagi, sehingga adiknyalah yang kemudian dipanggi Usu/Ucu (bungsu). Kalau masih tersedia nama panggilan lain terhadap dirinya yang cocok dengan urutan kelahiran ataupun ciri-ciri fisiknya, misalkan Angah (anak kedua), Ude (anak ketiga), Cik (kecil), Itam (hitam), Uneng (kuning), Uteh (putih), Anjang (panjang), Anda' (pendek), Inde' (pendek), ataupun Mok/Mo' (gemuk), maka ia memakai panggilan itu. Tapi kalau tidak ada lagi urutan kelahiran ataupun ciri-ciri fisik yang tersedia dan cocok untuk dirinya, maka dia kemudian dipanggil Alang (biasa juga disingkat "Lang"). Misal: Bang Alang, Bang Lang, Pak Alang, Pak Lang, To' Alang, Ne' Alang.

66. Alang = Halang, Lintang, Dinding penyekat.

67. Alang-Alang = Tidak Tuntas, Tanggung.

68. Alang-Alang = Dek, Para', Loteng, Langit-langit, Bagian atas rumah yang berada pas di bawah atap.

69. Alang Kepalang = Tidak tuntas, Tanggung, Alang-alang.

70. Alaydrus = Al-Idrus, yaitu nama salah satu marga keturunan Arab (dikatakan juga sebagai keturunan Nabi Muhammad) yang berasal dari Hadhralmaut-Yaman. Orang-orang Melayu keturunan Arab bermarga Alaydrus (Al-Idrus) ini banyak berdiam di Pontianak dan sekitarnya. Juga merupakan marga dari keluarga besar Kesultanan Kubu yg berada di Kabupaten Kubu Raya-Kalimantan Barat.

71. Alép = Alif, Nama huruf pertama pd urutan huruf hijyaiyah (abjad Arab). Biasa juga dijadikan istilah utk menyatakan bahwa seorang lelaki itu tdk mandul atau tdk lemah syahwat.

72. Ale-Ale = Makanan khas masyarakat Kalimantan Barat berupa kerang yang diawetkan dengan cara difermentasi (dipekasam).

73. Aléh = Alih, Ganti, Mengubah, Memindahkan

74. Ali = Ngali-ngali = Menghalang-halangi pandangan ataupun gerakan.

75. Ali-Ali = Pengumban tali, Tali pelontar batu. Biasanya pada permainan Kelayang (layang-layang).

76. Almaghi/Almari = Lemari

77. Almanak = Kalender

78. Along = Panggilan terhadap anak pertama (sulung) dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak. Biasanya disingkat "Long" saja. Misal: Bang Along, Bang Long, Kak Long, Pak Long, Mak Long, Tok Long, Nek Long.

79. Aloi/Aloy = Rayu, Goda, Mempengaruhi agar orang tsb mau menuruti keinginan kita.

80. Al-Idrus = Alaydrus, yaitu nama salah satu marga keturunan Arab (dikatakan juga sebagai keturunan Nabi Muhammad) yang berasal dari Hadhralmaut-Yaman. Orang-orang Melayu keturunan Arab bermarga Al-Idrus (Alaydrus) ini banyak berdiam di Pontianak dan sekitarnya. Juga merupakan marga dari keluarga besar Kesultanan Kubu yg berada di Kabupaten Kubu Raya-Kalimantan Barat.

81. Al-Kadri = Al-Qadri, yaitu nama salah satu marga keturunan Arab (dikatakan juga sebagai keturunan Nabi Muhammad) yang berasal dari Hadhralmaut-Yaman. Orang-orang Melayu keturunan Arab bermarga Al-Kadri (Al-Qadri) ini banyak berdiam di Pontianak dan sekitarnya. Juga merupakan marga dari keluarga besar Kesultanan Pontianak yg berada di Kota Pontianak-Kalimantan Barat.

82. Al-Qadri = Al-Kadri, yaitu nama salah satu marga keturunan Arab (dikatakan juga sebagai keturunan Nabi Muhammad) yang berasal dari Hadhralmaut-Yaman. Orang-orang Melayu keturunan Arab bermarga Al-Qadri (Al-Kadri) ini banyak berdiam di Pontianak dan sekitarnya. Juga merupakan marga dari keluarga besar Kesultanan Pontianak yg berada di Kota Pontianak-Kalimantan Barat.

83. Alu = Alu, Alat penumbuk (pasangannya adalah lesong/lesung).

84. Alu = Haluan

85. Alus = Halus

86. Alus Gedebos = Mikroskopik, ungkapan untuk sesuatu yang sangat kecil.

87. Alus Meghenyam/Alus Merenyam = Mikroskopik, ungkapan untuk sesuatu yang sangat kecil.

88. Amak/Ama' = Hama; Beghama'= keadaan sesuatu yang dipenuhi hama; Beghama' muke ni = suatu kiasan untuk menyatakan bahwa kita merasa malu.

89. Ambang = keadaan yang tidak jelas pilihannya; Ngambang = pusing tujuh keliling seperti sedang berada di atas kapal, tidak mengapung dan tidak pula tenggelam (keadaan antara mengampung dan tenggelam); Teghambang= dibiarkan terbuka, misalkan pada pintu atau jendela; Ghambang = ragu-ragu untuk memilih yang mana.

90. Ambé' = Ambil

91. Ambén/Ambin = gendong di punggung; Beghamben = bergendong di punggung

92. Ambol/Ngambol = Melambung-lambungkan atau menganjur-anjurkan suatu hal yang biasanya secara berlebihan. Misalkan dalam hal makanan, atau bisa juga dalam hal pekerjaan.

93. Amo'/Amok = Hamo'/Hamok, Amuk. Beghamo'/Beramok = Mengamuk, Berkelahi, Bertikam. Ngamo'/Ngamok = Menyerang dgn membabi-buta (karena marah, gelap mata, dsb).

94. Amoy = Panggilan untuk perempuan Tionghoa, biasanya yang masih gadis.

95. Ampu = Menyangga, Menahan di bawah (dgn tangan, dsb), Mengangkat, Menyokong dari bawah (supaya tdk runtuh).

96. Ana = Saya (diadaptasi dari Bahaa Arab).

97. Anai/Anai-Anai = Binatang/Serangga sejenis laron yang biasanya keluar pada malam hari untuk mencari tempat yang lebih terang, biasanya suka berada di dekat sumber cahaya seperti lampu atau api, ukurannya lebih kecil dari laron

98. Anak Kampang = Anak Haram

99. Anak Mude = Jagoan (tokoh utama di film)

100. Ancai/Ancay = Berhamburan, Rusak

101. Ancal = Menempati atau Menaiki atau Menduduki atau Menindih sesuatu. Ngancal = Ungkapan kasar utk menyatakan bahwa orang yang menempati sesuatu (kursi, pekerjaan, dsb) tanpa meminta izin dahulu kepada orang yang menempati sebelumnya. Juga merupakan kata-kata vulgar (kasar) yg artinya yaitu bersetubuh (hubungan seks).

102. Ancang-ancang = Awalan utk memulai sesuatu, Persiapan hendak berbuat sesuatu.

103. Ancagh-Ancagh/Ancar-Ancar = Perkiraan (waktu, tempat, dsb) utk melakukan sesuatu.

104. Ancing = Hancing, yaitu bau busuk seperti bau air kencing.

105. Anco'/Ancok = Kata-kata kasar (vulgar) utk menyatakan mengenai hubungan seks.

106. Ancor/Ancogh = Hancur, Rusak, Jelek, Membuat minuman, misal: ancogh kopi/ngancogh kopi= meramu atau membuat minuman kopi.

107. Anda'/Andak = Panggilan dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak yg artinya adalah orang yg pendek di antara saudara-saudaranya, dengan catatan dia bukan anak pertama (Along), bukan anak kedua (Angah), bukan anak ketiga (Ude), bukan anak yg bungsu (Usu/Ucu), dan bukan juga anak tunggal (Unggal). Misal: Pak Anda', Mak Anda', Bang Anda', Kak Anda', Tok Anda', Nek Anda'.

108. Ande = Ude, yaitu Panggilan dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak yg artinya adalah anak yg ketiga, dengan catatan dia bukan anak yg bungsu (Usu/Ucu). Biasanya disingkat "De" saja. Misal: Ande Dolah, Pak Ude, Mak Ude, Bang De, Kak Ude, Tok De, Nek De. Secara harfiah, Ude atau Ande berarti anak yg lebih muda (mude) dari anak yg kedua/tengah (Ngah) atau adik dari anak yg kedua/tengah (Angah) dan lebih tua dari anak yg bungsu (Usu).

109. Andér/Andégh = Tak ada kerjaan, Keluyuran ke sana ke mari yang tak jelas arah tujuannya, Mengerjakan sesuatu yang tidak jelas, padahal ada sesuatu yang lebih penting bisa atau harus dilakukannya saat itu.

110. Andok/Ando' = Handuk

111. Androk = Rok (pakaian bawah perempuan)

112. Aném = Listrik.

113. Anéng = Unéng, yaitu panggilan dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak yg artinya adalah orang yg memiliki ciri kulit berwarna agak kuning di antara saudara-saudaranya, dengan catatan dia bukan anak pertama (Along), bukan anak kedua (Angah), bukan anak ketiga (Ude), bukan anak yang bungsu (Usu/Ucu), dan bukan juga anak tunggal (Unggal). Biasanya disingkat "Néng" saja. Misal: Pak Anéng, Pak Unéng, Pak Néng, Mak Néng, Bang Néng, Kak Néng, Tok Néng, Nék Néng.

114. Angah = Panggilan terhadap anak kedua (tengah) dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak, asalkan dia bukan anak yg bungsu (Usu). Biasanya disingkat "Ngah" saja. Misal: Bang Angah, Bang Ngah, Kak Ngah, Pak Ngah, Mak Ngah, Tok Ngah, Nék Ngah.

115. Angét = Angit, Hangét (Hangit), yaitu berbau seperti kerak yg terbakar.

116. Angén Pukol Angén = Cerita Bohong, Tipu

117. Angkét =Angkit, Angkat, yaitu mengangkat sesuatu (cerek, kuali, dsb) dari tungku ataupun kompor (mengangkat sesuatu yg sedang dimasak), ataupun mengangkat sesuatu (pakaian, dsb) yg sedang dijemur.

118. Angkot = Angkut.

119. Angkot-Angkot = Binatang kecil seperti Penyengat (tawon) yg membuat Sarang dari tanah di dinding atau langit2 rumah

120. Anglo = Tungku, Perapian (dapur) kecil dgn arang sbg bahan bakarnya.

121. Angon = Menggembala, Memelihara.

122. Angot = Tua

123. Angpau = Hadiah atau pemberian uang pd saat Tahun Baru Cina.

124. Angsogh/Angsor = Angsur, Sedikit demi sedikit, Cicil.

125. Ani-Ani = Alat pertanian berupa pisau atau gunting pemotong padi utk memotong/mengetam padi yg akan dipanen.

126. Anja'/Anjak = Berpindah, Bergerak, Beringsut, Pergi, Meningkat.

127. Anja'/Anjak = Semacam gangguan makhluk halus ketika kita terjaga, tertidur (bermimpi), ataupun antara tidur dan terjaga.

128. Anjang = Panggilan dalam Sistem Kekerabatan Melayu Pontianak yang artinya adalah orang yang badannya panjang di antara saudara-saudaranya, dengan catatan dia bukan anak pertama (Along), bukan anak kedua (Angah), bukan anak ketiga (Ude), bukan anak yang bungsu (Usu/Ucu), dan bukan juga anak tunggal (Unggal). Misal: Pak Anjang, Mak Anjang, Bang Anjang, Kak Anjang, Tok Anjang, Nék Anjang.

129. Anjong = Menaikkan seseorang dengan cara berdiri di punggung kita, Salah satu cara menaikan Kelayang (layangan/layang-layang).

130. Anjong Tapah = Permainan anak-anak di sungai dengan cara orang pertama berada di bawah, sedangkan yang kedua berdiri di punggung yang pertama, yang pertama menyelam tak terlalu dalam kemudian muncul ke permukaan untuk memberikan dorongan agar orang yang berada di atasnya bisa terlempar ke atas dan biasanya bersalto.

131. Anok/Ano' = Itu, Anu

132. Antam = Hantam

133. Anténg/Anténg-Anténg= Anting/Anting-Anting

134. Anténe = Antena

135. Anto'/Antok = bertabrakan dengan sesuatu (yang bertabrakan biasanya bagian sekitar muka dan kepala).

136. Antu = Hantu

137. Antu Bangkét = Salah satu Makhluk Halus/Mitos Khas Pontianak berupa orang yg meninggal dunia yg bangkit dari kuburan. Bisa juga merupakan ungkapan makian (umpatan).

138. Antu Kunyét = Permainan Tradisional

139. Antu Menaon = Salah satu Makhluk Halus/Mitos Khas Pontianak

140. Antu Ujan Panas = Salah satu Makhluk Halus/Mitos Khas Pontianak yang konon katanya suka berkeliaran pada saat hujan panas. Dalam hal yg lain berarti ejekan untuk orang berambut pirang (arti ini agak meragukan, tapi mungkin memang ada beberapa kampong di Pontianak menggunakan kata ini sebagai ungkapan ejekan seperti yang dimaksud).

141. Anu = Anu, biasanya diucapkan ketika lupa akan sesuatu atau seseorang yang akan disebutkan itu.

142. Anya'/Anyak = Ayak. Menganya'/Menganyak = Mengayak (menapis dengan pengayak). Penganya'/Penganyak = Pengayak (alat utk mengayak/Ayakan).

143. Anyang-Anyang = Sejenis tumbuhan yg gatal (Miang) jika terkena kulit.

144. Ao'/Aok = Iya, Menjawab panggilan

145. Apa’/Apak = Bapak, Ayah

146. Apa'/Apak = Apek, Bau yang tidak sedap pd suatu barang karena lama disimpan.

147. Apai Kato = Ucapan untuk Layangan Putus

148. Apal = Hapal.

149. Apam = Sejenis kue tradisional Melayu yg terbuat dari adonan tepung. Kue ini dikukus. Ketika disajikan, biasanya dilengkapi dengan taburan kelapa parut.

150. Apam Ade'/Apam Adek = Sejenis kue tradisional Melayu yg terbuat dari adonan tepung. Kue ini dikukus.

151. Apam Pulo Pinang = Martabak manis.

152. Ape Buat = Apa yg sedang dilakukan/dikerjakan (kalimat tanya).

153. Ape Can = Lagi Apa (kalimat tanya), Menanyakan kondisi orang yang disapa dan bersifat basa-basi, termasuk Bisnis.

154. Ape Pasal = Apa Masalahnya (kalimat tanya).

155. Apél = Ngapél, Kencan (biasanya dgn cara mendatangi rumah pacar).

156. Apkégh/Apkér = bekas, biasanya untuk barang bekas atau barang yang sudah tidak bisa dipakai lagi, atau barang yang manfaat, kegunaan, dan fungsinya sudah mulai berkurang.

157. Asa'-Asa'/Asak-Asak = Kecewa, Tak Mendapatkan Apa-apa

158. Asam = Semacam buah mangga (atau mungkin memang mangga): Asam Kuini, dan sebagainya. Bisa juga berarti bumbu masakan berupa buah asam semacam asam jawa atau asam kandis.

159. Asam Jawe = Asam Jawa

160. Asam Kandés = Asam Kandis

161. Asam Kelembawan/Asam Kelembauan = Sejenis buah Asam yang biasanya dijadikan manisan, asinan, dan semacamnya.

162. Asam Paya' = Sejenis buah Asam yang biasanya dijadikan manisan, asinan, dan semacamnya.

163. Asam Pedas = Jenis masakan berkuah dengan bahan utama ikan yang rasanya adalah campuran antara asam dan pedas, rasa asam didapatkan dari asam (asam kandis, asam jawa, dsb), ataupun dari buah Teghong Asam (Terong Asam) ataupun dari buah nenas (nanas), sedangkan rasa pedas didapatkan dari cabe kering (ciri khas masakan Melayu adalah menggunakan cabe kering, bukanlah menggunakan cabe merah yang masih segar,. Karena itulah nuansa rasanya pun berbeda antara masakan yang menggunakan cabe kering dengan yang menggunakan cabe merah yang masih segar).

164. Asi = Boleh.

165. Asughah/Asoghah = Asyura, Tradisi keislaman di Pontianak (Hari Asughah) yg dirayakan setiap tgl 10 Muharram (pd sistem penanggalan Hijriyah) yg biasanya tiap kampong mempunyai tradisi yg berbeda-beda. Misalkan dengan mengadakan semacam ritual pembacaan doa di surau, langgar, ataupun masjid terdekat. Setelah itu dihidangkanlah "Bubogh Asughah", yaitu bubur kacang hijau yang dicampur dengan 10 macam bahan makanan. Bubur ini dibuat oleh tiap-tiap rumah dgn bahan campuran yg berbeda-beda, setelah itu barulah dikumpulkan di surau, langgar, ataupunn masjid terdekat. Setelah semua "Bubogh Ashughah" itu terkumpul, kemudian semuanya dicampur-aduk menjadi satu. Setelah ritual pembacaan doa selesai, barulah "Bubogh Asughah" yg telah bercampur aduk itu dihidangkan.

166. Awa'/Awak = Anda, Kamu, Kau.

167. Awang = Gelar kebangsawanan (ningrat) pd salah satu kesultanan yg ada di Kalimantan (mungkin Kesultanan Brunei Darussalam, atau kesultanan yg ada di Kalimantan Timur, atau kesultanan lain yang berada di Pulau Kalimantan, atau memang kesultanan yg ada di Kalimantan Barat). Namun yg pasti, orang dgn nama depan "Awang" cukup banyak di Kalimantan Barat (entah itu gelar kebangsawanan ataupun bukan).

168. Awang-Awang = Ruang antara langit dan bumi, Ruang antara lantai dan atap, Langit-langit, Masih jauh, Perasaan seperti melayang-layang di ruang hampa (tdk berpijak di lantai/tanah/tempat yg rendah dan tdk juga bisa meraih yg diinginkan/yg lebih tinggi/langit).

169. Ayah = Panggilan terhadap Orang tua laki-laki (orang tua kandung ataupun orang tua tiri).

170. Ayal = Lambat, Lalai, Bimbang, Ragu-ragu, Terbawa suasana sehingga lalai terhadap pekerjaan yg seharusnya dilselesaikan.

171. Ayam Aostghali/Ayam Aostrali = Ayam Ras, Ayam Negeri, Ayam Broiler, Ayam yg cepat pertumbuhannya. Kata "Aostghali/Aostrali" mungkin berasal dari kata "Australi" atau "Australia", yg juga dikenal sbg Negeri Kanguru. Entah dari mana kata ini bermula, mungkin dahulunya ada orang Pontianak yg pernah berlayar ataupun berdagang hingga ke Australia. Atau jangan-jangan ada sebagian orang Pontianak yg merupakan keturunan orang Australia.

172. Ayam Bangkok = Ayam yang berasal dari Bangkok-Thailand. Biasanya dijadikan sbg Ayam Sabong (ayam aduan)

173. Ayam Jugu'/Juguk = Ayam Jago, Ayam Jantan.

174. Ayam Kampong = Ayam kampung (ayam buras).

175. Ayam Pancong = Ayam hasil persilangan antara Ayam Kampong dengan Ayam Bangkok.

176. Ayam Pedagéng = Ayam Pedaging, yaitu ayam yg cepat pertumbuhannya yg mempunyai manfaat sbg penghasil daging. Warna seluruh bulunya putih, biasanya mengacu pd "Ayam Aostghali".

177. Ayam Petelo' = Ayam Petelur, yaitu ayam yg khusus diternakkan utk menghasilkan telur. Warna seluruh bulunya coklat, biasanya mengacu pd “Ayam Aostghali”.

178. Ayam Sabong = Ayam jantan yang khusus untuk diadu.

179. Ayam Sayo' = Ayam yang biasanya untuk dikonsumsi dijadikan sayuran/masakan, bisa juga merupakan istilah untuk meremehkan seseorang.

180. Ayam Selaséh = Ayam Selasih, yaitu ayam yg warna bulu, tulang, kaki, dan dagingnya hitam. Biasanya dijadikan sbg obat pd penyakit tertentu.

181. Ayang = Sayang, Panggilan terhadap kekasih.

182. 'Azam = Tujuan, Cita-cita, Maksud, Niat.

183. Azan = Azan, Ajan, Bang, Seruan utk mengajak orang melakukan shalat (Sembayang/Sembahyang).



Diedit oleh: Hanafi Mohan, dan sumbangsih yang begitu besar dari Hendra Gunawan, Andries Maha, Acid Moeslim, serta rekan-rekan Facebooker yang tergabung di Grup FB Pontianak - KalBar, khususnya yang telah menyumbangkan Kosakata Bahasa Melayu Pontianak, serta ide, saran, dan kritikan pada diskusi Tesaurus Bahasa Melayu Pontianak.



Keterangan Huruf, Gabungan Huruf, Tanda Baca Khusus, dan Pelafalannya (Transliterasi):

--> gh = dibaca seperti membaca huruf Ghain/Aghin pada aksara Arab. Seperti orang Perancis yang mengucapkan huruf "r": Mercy, Bonzour.

--> ' = seperti mengucapkan huruf Hamzah pada aksara Arab, biasanya terletak di akhir kata. Seperti mengucapkan kata: Tidak, Tak.

--> é = e pepet (ctrl+',e), seperti membaca: Tameng, Bopeng, Pepet, Copet



Sumber gambar: http://ms.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Pontianak


Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Minggu, 14 Februari 2010

Mengapa Orang Cina Banyak Bermukim di Kawasan Budaya Melayu?

Jika anda sedang berjalan-jalan di kawasan budaya Melayu seperti di Semenanjung Melayu (Malaysia), Sumatera, dan Kalimantan, maka dengan mudahnya anda akan mendapati banyak orang-orang keturunan Cina (Tionghoa) yang bermukim di tempat itu. Bukan hanya bermukim, melainkan dengan leluasanya mengembangkan kebudayaannya. Anda mungkin agak terheran-heran mendapati orang-orang keturunan Cina dapat dengan mudahnya berbicara dalam bahasa Cina di tempat-tempat umum. Mungkin agak berbeda dengan warga keturunan Cina yang berada di Pulau Jawa yang sehari-harinya berbicara dalam Bahasa Indonesia (apalagi di tempat umum).

Di Indonesia ini mungkin hanya di Pulau Kalimantan yang beberapa kotanya dinamakan dengan bahasa Cina (antara lain Kota Sambas dan Singkawang). Kota kelahiranku pun, yaitu Pontianak mempunyai nama khusus di dalam bahasa Cina. Nama khusus untuk Pontianak dalam bahasa Cina (Mandarin) yaitu Khuntien. Jika anda menonton Program Berita Metro Xinwen di Metro TV, yaitu pas bagian Prakiraan Cuaca, maka anda akan mendapati Kota Pontianak disebutkan dengan nama Khuntien, sedangkan kota-kota lainnya di Indonesia dilafalkan sesuai dengan nama kotanya itu dalam bahasa Indonesia yang pengucapannya hanya disesuaikan dengan logat Mandarin. Di Kalimantan pula ada kota yang dijuluki sebagai Kota Amoy atau Kota Seribu Klenteng, yaitu Singkawang.

Tentunya banyak faktor mengapa orang keturunan Cina (Tionghoa) banyak bermukim di kawasan budaya Melayu. Seperti diketahui bersama, bahwa kawasan budaya Melayu kebanyakan terletak di pesisir, dan dapat dipastikan bahwa di tempat-tempat tersebut juga ada pelabuhan. Kawasan-kawasan budaya Melayu ini sejak dahulu hingga kini adalah daerah kosmopolis, tempat berbagai macam bangsa hidup, berinteraksi, dan mengembangkan budayanya masing-masing dengan damai dan saling bertoleransi antara satu dengan lainnya.

Bangsa Melayu juga adalah bangsa yang terbuka. Dengan begitu, orang-orang Melayu dengan mudahnya bisa menerima bangsa lainnya untuk hidup dan mengembangkan kebudayaannya di kawasan yang notabene adalah kawasan budaya Melayu. Tapi tentunya ada catatan, bahwa bangsa lain yang datang itu bermaksud baik, bukannya bermaksud jahat seperti menjajah dan semacamnya.

Jika Perayaan Imlek di kota-kota lain di Indonesia baru mulai ramai dan kelihatan pada Pasca Reformasi, maka lain halnya di kawasan budaya Melayu. Semenjak masa Orde Lama dan Orde Baru (bahkan jauh sebelum itu), di kawasan budaya Melayu sudah begitu semarak perayaan Imleknya, walaupun mungkin ketika itu perayaan Imlek sangat semarak hanya di wilayah-wilayah yang banyak bermukimnya warga keturunan Cina. Kalau sekarang jangan ditanya lagi, Perayaan Imlek tentunya lebih semarak lagi, bahkan mungkin Liong dan Barongsai bisa dengan leluasanya dan sangat semarak dipertontonkan di jalan-jalan umum.

Itulah setidaknya keberadaan orang-orang keturunan Cina di kawasan-kawasan budaya Melayu. Asimilasi dan akulturasi yang terjadi memang benar-benar secara alami, tak ada unsur paksaan dari pihak penguasa. Sehingga jangan heran, mungkin hanya di Kalimantan ada Wakil Gubernur dan Walikota yang berasal dari keturunan Cina: yaitu Christiandi Sanjaya (Wakil Gubernur Kalimantan Barat) dan Hasan Karman (Walikota Singkawang Kalimantan Barat).

Jika di kota-kota lain di Indonesia masih sangat mempermasalahkan mengenai keberadaan orang-orang keturunan Cina (apalagi sampai memegang jabatan politik), maka bagi kami orang-orang Kalimantan sungguh tidak ada permasalahan berkaitan dengan semua itu. Kalaupun sekali-sekali terjadi gesekan-gesekan, maka itu tak lebih hanyalah riak-riak kecil yang menjadikan kami ke depannya harus lebih saling mentoleransi dan bertenggang rasa.

Dan terkadang konflik antar etnis yang pernah terjadi di bumi Kalimantan beberapa tahun silam lebih merupakan konflik yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak penguasa yang notabene pihak penguasa lokal di Kalimantan ketika itu kebanyakan berasal dari luar Kalimantan. Dan memang kalau mau diakui, ketika itu bukan hanya di Kalimantan yang terjadi konflik horizontal, melainkan hampir di seluruh Indonesia juga terjadi konflik yang sama. Diakui atau tidak, ketika itu adalah akhir rezim Orde Baru dan awal pasca Reformasi yang merupakan masa-masa ketidakstabilan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan di seluruh Indonesia.

Bagi kami, orang-orang keturunan Cina sama saja dengan orang-orang dari etnis yang lain, hanya kebetulan saja mereka keturunan Cina, sedangkan yang lainnya pribumi Indonesia. Jika di Indonesia kini baru didengung-dengungkan mengenai multikulturalisme, maka multikulturalisme itu sudah menjadi keseharian kami di Kalimantan, dan sudah kami terapkan dari dahulu kala. Kalimantan adalah bumi yang damai untuk hidupnya semua bangsa yang saling menghargai satu sama lain, saling bertoleransi dan bertenggang rasa, mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, berprinsip yang sama "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".

Akhir kata, Selamat Merayakan Taon Baghu Cine (Tahun Baru Imlek) 2561 bagi saudara-saudaraku warga keturunan Cina (Tionghoa). Semoga Tuhan selalu melimpahkan keberkahan pada kita semuanya. Gong Xi Fa Cai. [Hanafi Mohan – Ciputat, Jum'at-Minggu, 12-13 Februari 2010]



Sumber gambar: http://alamku.blog.com/


Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/



Jumat, 12 Februari 2010

P. Ramlee, Siti Nurhaliza, serta Upin & Ipin



Bagi orang Melayu di manapun keberadaannya, ataupun bagi orang-orang yang tinggal di kawasan berbudaya Melayu (suku bangsa apapun dia), maka tiga nama pada judul tulisan ini tidaklah asing. Ketiga-tiganya adalah ikon seni budaya Malaysia, dua yang pertama adalah manusia, sedangkan satu yang terakhir adalah film kartun (atau lebih tepatnya film animasi). Ketiga-tiganya menjadi idola dalam memori keserumpunan orang-orang Melayu dari manapun berasalnya dan di mana pun beradanya, dari yang muda sampai yang tua, dari yang anak-anak sampai yang sudah bau tanah pasti menyukai dan mengidolakan ketiga-tiganya.

Sebagai rakyat Indonesia, aku cukup salut terhadap Malaysia yang pandai sekali membuat ikon seni budaya yang seperti itu. Bukan hanya menjadi ikon seni budaya di Malaysia, melainkan juga terkenal dan disukai hingga ke Indonesia. Dan bahkan mungkin juga terkenal dan disukai di beberapa Negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Setahuku, hingga kini Indonesia belum pernah mempunyai ikon seni budaya yang yang seperti itu dan dikenal hingga hampir di beberapa Negara yang ada di kawasan Asia Tenggara, entah mengapa. Mungkin ada yang tahu penyebabnya? (silakan diskusikan di sini). Padahal sudah kita ketahui bersama bahwa Indonesia memiliki kekayaan seni budaya yang melimpah-ruah dan beraneka ragam, ditambah lagi jagad hiburannya pun sangat semarak berwarna-warni dengan deretan selebritis (artis) yang beraneka rupa tampang dan kreativitasnya.

Kalau begitu, adakah yang salah dengan seni budaya yang selama ini dikembangkan di Indonesia? Adakah yang salah arah dari perkembangan jagad hiburan di negeri ini? Kalau memang ada yang salah ataupun keliru, di mana letak kesalahan dan kekeliruannya? Dan ke depannya, strategi apakah yang harus dilakukan anak negeri ini demi perkembangan seni budaya dan hiburan di tanah air tercinta ini? [Hanafi Mohan-Ciputat, Rabu 10 Februari 2010]



Bacaan terkait:

1) P. Ramlee: http://id.wikipedia.org/wiki/P._Ramlee

2) Siti Nurhaliza: http://muhamadhanafi.blog.friendster.com/

3) Upin & Ipin: http://media-islam.or.id/ , http://edukasi.kompasiana.com/ , http://www.pasarkreasi.com/



Sumber gambar:

1) http://mendulaoblongataku.wordpress.com/

2) http://khairilhusni.blogmas.com/

3) http://blog.its.ac.id/tintatutatatu/



Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Jumat, 05 Februari 2010

HMI Semakin Tua


Puisi: Hanafi Mohan



63 tahun usiamu kini
Sejarahmu katanya gilang-gemilang
Tapi entahlah saat ini dan nanti

Pada tahun 1947 kau didirikan
Hari yang keramat itu jatuh pada tanggal 5 Februari
Bersama teman-temannya,
Allahyarham Lafran Pane mendirikanmu,
hanya bertempat di sebuah ruangan kuliah STI-Yogyakarta

Hijau Hitam warnamu
Perisai, pena, jantung, itulah bentuk lambangmu
Di dalamnya ada bulan sabit dan bintang,
yang katanya itu lambang umat Islam

Usiamu semakin hari semakin tua
Namun anehnya makin banyak saja yang tertarik denganmu
Entah karena cinta, atau karena nafsu

Darahmu habis, semangatmu sirna
Yang berkepentingan terhadapmu begitu banyaknya
Ditarik ke sana ditarik ke sini
Hingga compang-camping parasmu
Bahkan terpecah-belah badanmu

Masa depanmu masih panjang,
wahai Himpunan Mahasiswa Islam
Umat dan bangsa tentunya menanti kiprahmu
Berkibarlah selalu panjimu

Selamat ulang tahun yang ke 63,
wahai HMI yang kucintai.


~ Ciputat, Jum'at 5 Februari 2010 ~

Puisi ini khusus dipersembahkan untuk memperingati Milad HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang ke-63 (5 Februari 1947 – 5 Februari 2010)



Sumber gambar:
1) http://www.tokohindonesia.com/
2) http://hmi-uisu.blogspot.com/
3) http://www.tempo.co.id/
4) http://www.inilah.com/
5) http://hmikofah-cabangciputat.blogspot.com/


Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Kamis, 04 Februari 2010

Ketika Kerbau Berdemonstrasi

Setelah cicak, buaya, tikus, ayam, gurita, dan macam-macam jenis binatang lainnya menjadi pesan berupa simbol yang disampaikan para demonstran, kini hewan bangsa mamalia dari suku kerbau yang menjadi perhatian khalayak Negeri Antah Berantah ini. Hal tersebut tak lain karena kerbau yang biasanya membajak sawah itu telah berani menampakkan batang hidungnya di jalanan dan menjadi pesan berupa simbol yang disampaikan oleh para demonstran.

Pesan yang disampaikan oleh para demonstran berupa simbol "kerbau" itu ternyata kena ke sasaran. Bahkan Bapak Presiden Negeri Impian yang katanya santun dan beretika itu pun jadi panas telinganya, hingga berbusa-busa mulutnya curhat dan mengeluh di hadapan rapat bersama para pejabat negerinya.

Dahsyat memang binatang bernama kerbau itu. Jika margasatwa lainnya cukup dibawa gambar, patung, ataupun bonekanya, maka kini kerbaunya langsung yang dengan sukarela turun ke jalan menyampaikan aspirasi, pendapat, dan isi hatinya yang paling dalam mengenai kebobrokan negeri dongeng ini.

Lebih dahsyat lagi, banyak pengamat dadakan muncul di layar kaca pada salah satu acara di pagi hari di salah satu stasiun televisi swasta, antara lain yaitu petinggi Dewan Pers dan Pendukung Sang Presiden yang kedua-duanya sudah pandai-pandai menasehati Sang Demonstran mengenai demokrasi yang beretika. Bukan hanya menasehati, bahkan cenderung memarahi, menekan, dan menyalahkan cara demonstrasi yang dilakukan Sang Demonstran.

Alamak, cukuplah Presiden Sang-kerBau-nYaa yang lebay dan super sensi itu yang berbusa-busa mulutnya curhat di hadapan para pejabat dan rakyat demi menanggapi demonstrasi yang menurut beliau menyinggung dirinya itu. Selanjutnya, biarkan rakyat yang menilai siapakah yang dewasa dalam hal ini, Kerbau atau Presiden Sang-kerBau-nYaa, demonstran atau penguasa zalim Republik Mimpi Buruk alias Negeri Para Bedebah ini. [Hanafi Mohan-Ciputat, Kamis 4 Februari 2010]



Sumber gambar: http://beritafenomenal.wordpress.com/


Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/